analgetika


ANALGETIKA

1.    Pengertian
Analgetika merupakan golongan obat yang digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Nyeri sebenarnya berfungsi sebagai tanda adanya penyakit atau kelainan dalam tubuh dan merupakan bagian dari proses penyembuhan (inflamasi) (Tjay dan Kirana, 2007).

2.    Penggolongan
ü  Analgetik sentral (narkotik)
Digunakan khusus untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti pada fractura dan kanker.
 Contoh: tramadol, morfin, dll.
ü  Analgetik perifer (non narkotik)
Terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Contoh: paracetamol, asetosal, fenilbutazon, methampyron(antalgin), ibuprofen, dll.
Ada juga obat-obatan yang meskipun tidak digolongkan analgetik, tetapi bekerja secara spesifik untuk meringankan nyeri, seperti: ergotamine, senyawa nitrit, dan kolkhisin.

3.    Efek samping
Efek samping yang paling umum adalah kerusakan darah (paracetamol, salisilat, derivate derivate antranilat dan derivate derivate pirazolinon), kerusakan hati dan ginjal (parasetamol dan penghambat prostaglandin/NSAID) dan reaksi alergi pada kulit. Efek samping terjadi terutama pada penggunaan yang lama atau dalam dosis tinggi (Tjay dan Kirana, 2007).



            Analgetika Narkotik
Analgetika narkotik adalah senyawa yang dapat menekan fungsi sistem saraf pusat secara selektif.
Ø  Mekanisme Kerja
Efek analgesik dihasilkan oleh adanya pengikatan obat dengan sisi reseptor khas pada sel dalam otak dan spinal cord. Rangsangan reseptor juga menimbulkan efek euforia dan rasa mengantuk (Siswandono dan Soekardjo, 2008).
Ø  Penggolongan analgetika narkotik berdasarkan turunannya (hubungan struktur dan aktivitas):
1)    Turunan Morfin
ü Fenolik OH
Metilasi gugus fenolik OH dari morfin akan mengakibatkan penurunan aktivitas analgesik secara drastis. Gugus fenolik bebas adalah sangat krusial untuk aktivitas analgesik (Patrick, 1995).

(Patrick, 1995)

ü Turunan Alkohol
Penutupan atau penghilangan gugus alkohol tidak akan menimbulkan penurunan efek analgesik dan pada kenyataannya malah sering menghasilkan efek yang berlawanan. Peningkatan aktivitas lebih disebabkan oleh sifat farmakodinamik dibandingkan dengan afinitasnya dengan reseptor analgesik. Dengan kata lain, lebih ditentukan oleh berapa banyak obat yang mencapai reseptor, bukan seberapa terikat dengan reseptor (Patrick, 1995)

(Patrick, 1995)

ü Ikata rangkap pada C7 dan C8
Beberapa analog termasuk dihidromorfin menunjukkan bahwa ikatan rangkap tidak penting untuk aktivitas analgesic (Patrick, 1995).
(Patrick, 1995)

ü Gugus N-Metil
Penggantian gugus N-metil dengan proton mengurangi aktivitas analgesik tetapi tidak menghilangkannnya. Sedangkan penghilangan atom N akan menyebabkan hilangnya aktivitas (Patrick, 1995)
(Patrick, 1995)
ü Cincin Aromatik
Cincin aromatik memegang peranan penting dimana jika senyawa tidak memiliki cincin aromatik tidak akan menghasilkan aktivitas analgesik. Substitusi pada cincin aromatik juga akan mengurangi aktivitas analgesik (Patrick, 1995).

ü Jembatan Eter
Pemecahan jembatan eter antara C4 dan C5 akan munurunkan aktivitas (Siswandono dan Soekardjo, 2008).
ü  Stereokimia
Epimerization pusat kiral tunggal seperti posisi 14 tidak juga menguntungkan, karena perubahan stereokimia di bahkan satu pusat kiral dapat mengakibatkan perubahan bentuk yang drastis, sehingga mustahil bagi molekul untuk berikatan dengan reseptor analgesik (Patrick, 1995).


ü  Penghilangan Cincin E
Penghilangan cincin E akan mengakibatkan kehilangan seluruh aktivitas, hal ini menunjukkan pentingnya nitrogen untuk aktivitas analgesik (Patrick, 1995).

ü  Penghilangan Cincin D
Penghilangan jembatan oksigen memberikan serangkaian senyawa yang disebut morphinan yang memiliki aktivitas analgesik yang bermanfaat. Ini menunjukkan bahwa jembatan oksigen tidak terlalu penting (Patrick, 1995).

ü  Pembukaan Cincin C dan D
Pembukaan kedua cincin ini akan menghasilkan gugus senyawa yang dinamakan benzomorphan yang mempertahankan aktivitas analgesik. Hal ini menandakan bahwa cincin C dan D tidak penting untuk aktivitas analgesik (Patrick, 1995).


ü  Pembukaan Cincin B, C dan D
Penghilangan cincin B,C, dan D akan menghasilkan senyawa 4-phenylpiperidine yang memiliki aktivitas analgesik. Hal ini menunjukkan bahwa cincn B,C dan D tidak penting untuk aktivitas analgesik (Patrick, 1995)

ü  Pembukaan Cincin B, C, D dan E
Penghilangan cincin B,C,D dan E akan menghasilkan senyawa analgesik yaitu methadone (Patrick, 1995).

ü  Hubungan struktur-aktivitas lain
·         Eterifikasi dan esterifikasi gugus hidroksil fenol akan menurunkan aktivitas analgesik, meningkatkan aktivitas antibatuk dan meningkatkan efek kejang.
·         Eterifikasi, esterifikasi, oksidasi atau pergantian gugus hidroksil alkohol dengan halogen atau hidrogen dapat meningkatkan aktivitas analgesik, meningkatkan efek stimulan, tetapi juga meningkatkan toksisitas.
·         Perubahan gugus hidroksil alkohol dari posisi 6 ke posisi 8 menurunkan aktivitas analgesik secara drastis.
·         Pengubahan konfigurasi hidroksil pada C6 dapat meningkatkan efek analgesik.
·         Hidrogenasi ikatan rangkap C7-C8 dapat menghasilkan efek yang sama atau lebih tinggi dibanding morfin.
·         Pembukaan cincin piperidin menyebabkan penurunan aktivitas.
·         Demetilasi pada C17 dan perpanjangan rantai alifatik yang terikat pada atom N dapat menurunkan aktivitas. Adanya gugus alil pada atom N menyebabkan senyawa bersifat antagonis kompetitif Ukuran dari substituen N akan mempengaruhi potensi dan sifat agonis atau antagonis. Secara umum, substitusi N-metil akan menghasilkan senyawa dengan sifat agonis yang baik. Peningkatan ukuran substituen N dengan 3 atau 5 karbon akan menghasilkan senyawa yang antagonis dengan beberapa atau semua reseptor opioid (Siswandono dan Soekardjo, 2008; Foye et al, 1995).

2)    Turunan Meperidin
Meskipun strukturnya tidak berhubungan dengan struktur morfin tetapi masih menunjukkan kemiripan karena mempunyai pusat atom C kuartener, rantai etilen, gugus N-tersier dan cincin aromatik sehingga dapat berinteraksi dengan reseptor analgesik.

3)    Turunan Metadon
Turunan metadon bersifat optis aktif  dan biasanya digunakan dalam bentuk garam HCl. Meskipun tidak mempunyai cincin piperidin, seperti pada turunan morfin atau meperidin, tetapi turunan metadondapat membentuk cincin bila dalam lartan atau cairan tubuh. Hal ini disebabkan karena ada daya tarik – menarik dipol-dipol antara basa N dengan gugus karboksil.

            Analgetika Narkotik
Analgetika non narkotik digunakan untuk mengurangi rasa sakit yang ringan sampai moderat sehingga sering disebut analgetika ringan, juga menurunkan suhu badan pada keadaan panas badan yang tinggi dan sebagai antiradang untuk pengobatan rematik. Berdasarkan struktur kimianya analgetika non narkotik dibagi menjadi dua kelompok yaitu analgetik-antipiretik dan obat antiradang bukan steroid (Non Steroid antiinflamatory Drugs = NSAID) (Siswandono dan Soekardjo, 2008).
Ø  Mekanisme kerja
a.    Analgesik
Menimbulkan efek analgesik dengan cara menghambat secara langsung dan selektif enzim-enzim pada system saraf pusat yang mengkatalis biosintesis prostaglandin, seperti siklooksigenase, sehingga mencegah sensitisasi reseptor rasa sakit oleh mediator-mediator rasa sakit, seperti baradikinin, histamin, serotonin, prostasiklin, prostaglandin, ionion hidrogen dan kalium, yang dapat merangsang rasa sakit secara mekanis atau kimiawi (Siswandono dan Soekardjo, 2008).
b.     Antipiretik
Menimbulkan kerja antipiretik dengan meningkatkan eliminasi panas, pada penderita dengan suhu badan tinggi, dengan cara menimbulkan dilatasi buluh darah perifer dan mobilisasi air sehingga terjadi pengenceran darah dan pengeluaran keringat (Siswandono dan Soekardjo, 2008).
c.     Antiradang
Menimbulkan efek antiradang dengan menghambat biosintesis dan pengeluaran prostaglandin dengan cara memblok secara terpulihkan enzim siklooksigenase sehingga menurunkan gejala keradangan (Siswandono dan Soekardjo, 2008).
Ø  Penggolongan
1.)  Analgetik-Antipiretika
·         Turunan anilin dan para-aminifenol
·         Turunan 5-pirazolon.
2.)  Obat antiradang bukan steroid
·         Turunan asam salisilat
·         Turunan Asam N-Arilantranilat

Obat golongan analgetik-antipiretik:
ü  Parasetamol (Acetaminofen)
·         Indikasi :Nyeri ringan sampai sedang dan pireksia.
·         Peringatan :Gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal dan ketergantungan alkohol.
·         Kontraindikasi :Gangguan fungsi hati.
·         Efek samping :Reaksi hipersensitivitas, kelainan darah, kerusakan hati, kerusakan ginjal.
·         Dosis:0,5-1 gram setiap 4-6 jam hingga maksimum 4 gram perhari
(Badan POM RI, 2008).

ü  Asetosal
·         Indikasi:Nyeri ringan sampai sedang dan demam.
·         Peringatan :Asmapenyakit alergi, gangguan fungsi ginjal, menurunnya fungsi hati, dehidrasi, kehamilan, pasien lansia dan defisiensi G6PD.
·         Efek samping:Biasanya ringan dan tidak sering, tetapi kejadiannya tinggi untuk terjadinya iritasi saluran cerna dengan pendarahan ringan yang asimptomatis, memanjangnya waktu pendarahan, bronkospasme, dan reaksi kulit pada pasien hipersensitif.
·         Dosis:300-900 mg tiap 4-6 jam bila diperlukan, maksimum 4 gram perhari
(Badan POM RI, 2008).

ü  Antalgin (Methampyron)
·         Indikasi:Nyeri ringan sampai sedang dan pireksia.
·         Peringatan :Gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal dan ketergantungan alcohol.
·         Kontraindikasi:Penderita hipersensitif, hamil dan wanita menyusui, penderita dengan tekanan darah sistolikkurang dari 100 mmhg

·         Efek samping:Iritasi lambung, hyperhidrosis

·         Dosis:3-4 kali 250-500 mg.

(Badan POM RI, 2008).



ü  Tramadol

·         Indikasi :Nyeri akut atau kronik yang berat dan pada nyeri pasca operasi.

·         Peringatan :Pasien dengan trauma kepala, tekanan intrakranial.

·         Kontraindikasi :Penderita yang hipersensitif terhadap tramadol atau opiate dan penderita yang mendapatkan pengobatan dengan penghambat MAO, intoksikasi akut dengan alkohol, hiptonika, analgetika atau obat obat yang bekerja pada SSP, seperti transquiliser, hiptonik.

·         Efek samping:Mual, muntah, lesu, letih, ngantuk, pusing, ruam kulit, takikardia, peningkatan tekanan darah, muka merah.

·         Dosis:50 mg sebagai dosis tunggal, dapat diulangi 30-60 menit dengan dosis total yang tidak melebihi 400 mg sehari

(Badan POM RI, 2008).

DAFTAR PUSTAKA

Patrick, Graham. 1995. An Introductin To Medicinal Chemistry, Oxford University, New York.
Press.Siswandono dan B. Soekardjo. 2008. Kimia Medisinal, Airlangga University Press, Surabaya.
           
PERMASALAHAN:
1.    Apabila dalam kondisi yang mengharuskan seorang ibu hamil mengkonsumsi parasetamol, apakah ibu hamil tersebut boleh mengkonsumsi parasetamol yang termasuk NSAID?
2.    Bagaimana mekanisme terjadinya inflamasi yang menyebabkan nyeri?
3.    Parasetamol merupakan antipiretik yaitu untuk menurunkan panas, lalu mengapa obat ini dapat juga digunakan sebagai analgetik?

Comments

Unknown said…
Mekanisme terjadinya inflamasi disebabkan banyak faktor seperti infeksi (bakteri,virus,jamur,parasit) serta toksin bakteri, nekrosis jaringan dan trauma atau cidera fisik serta trauma kimia
Hai kristin... saya akan mencoba menjawab no.1
Wanita hamil boleh minum parasetamol, tetapi penggunaanya dibatasi hanya untuk sesekali/tidak untuk jangka panjang. Namun jangan juga dijadikan alasan untuk selalu meminum parasetamol ketika mengalami demam ataupun sakit kepala ringan dikarenakan akan memberikan efek samping yang negatif dan membahayakan seperti dapat melahirkan keturunan yang mengalami gangguan hiperaktif-defisit perhatian. Ibu hamil boleh mengkonsumsi parasetamol untuk mengatasi demam tinggi atau sakit kepala tak tertahankan apabila tidak ada cara lain untuk mengatasinya. Jika sakit yang diderita diluar kewajaran, sebaiknya dikonsultasikan ke dokter terlebih dahulu sebelum mengkonsumsi obat tersebut.
halo kristin, saya akan mencoba menjawab permasalahan nomor 3 : parasetamol memang memiliki aktivitas sebagai analgetik dan antipiretik, selain menurunkan demam paracetamol juga dapat menghilangkan rasa nyeri, mengapa ? nah karena jika kita lihat dari mekanisme kerja obat paracetamol ini dimana dia menghambat pembentukan prostaglandin, dengan cara menghambat enzim cyclooksigenase, nah karena dihambatnya enzim ini sehingga pembentukan prostaglandin pun juga terhambat, dimana enzim inilah yang dapat memicu timbulnya rasa nyeri, jadi jika dihambat rasa nyeri pun akan berkurang dan panas pun dapat turun. itu menurut saya, semoga membantu :)
Ryani said…
Hi kristin.. Sy akan menjawab pertanyaan no 1.
- Mengonsumsi diet yang kaya vitamin dan mineral.
Pencegahan ini bisa diterapkan pada jenis anemia defisiensi besi dan anemia defisiensi vitamin dapat menghindarinya dengan mengonsumsi diet yang mencakup berbagai vitamin dan zat besi, termasuk zat besi (daging, kacang-kacangan, sereal yang difortifikasi zat besi, dan sayuran hijau).
Asam folat (buah-buahan, jus buah, sayuran hijau, kacang polong, kacang-kacangan, serta produk gandum seperti roti, sereal, pasta, dan nasi), vitamin B12 (daging, produk susu, sereal yang difortifikasi, dan produk kedelai), dan vitamin C (buah sitrus, brokoli, tomat, melon, dan stroberi).
- Mempertimbangkan konseling genetik
Kalau kamu memiliki riwayat keluarga dengan penyakit anemia yang diturunkan, seperti anemia sel sabit atau talasemia, mendiskusikan risiko untuk memgalami dan menurunkan kondisi tersebut dengan dokter atau konselor genetik dapat merupakan salah satu pilihan.
- Menghindari tertular malaria
Penyakit anemia menjadi dalah satu komplikasi dari malaria. Seseorang yang berencana untuk bepergian ke area di mana malaria sering terjadi, disarankan untuk berdiskusi dengan dokter terkait perlunya konsumsi obat-obatan preventif dan hal-hal yang dapat dilakukan untuk membatasi paparan terhadap nyamuk.
ROZA EFDA NIKA said…
saya akan menjawab pertanyaan nomor 3 , antipiretik bekerja bukan hanya sebagai penurun panas namun bisa sebagai analgetik hal ini di karenakan antipiretik bekerja dengan menghambat COX 2 sehingga bisa untuk menghilangkan nyeri
Unknown said…
Hay kristin saya akan menjawab pertanyaan no 2.


Cari obat, suplemen, vitamin, atau suplemen
Seperti parasetamol, amoksisilin, ibuprofen

Pencarian populer
OBAT GATAL OBAT TIPES CEFADROXIL OCUSON CARI
Ditulis oleh
HONESTDOCS EDITORIAL TEAM
doctor
Ditinjau oleh
AHMAD MUHLISIN
Parasetamol: Manfaat, Dosis, & Efek Samping
Update terakhir: NOV 30, 2019 Tinjau pada NOV 30, 2019 Waktu baca: 5 menit
Telah dibaca 1.786.288 orang
Bagikan artikel ini

Parasetamol Obat Apa?
Parasetamol adalah obat jenis analgetik dan antipiretik yang biasa digunakan untuk mengatasi nyeri ringan - sedang dan demam. Obat ini populer di Amerika dan Eropa begitu juga di Indonesia. Nama lain obat demam ini yaitu acetaminophen (dibaca: asetaminofen).

Parasetamol merupakan obat bebas sehingga dapat diperoleh di apotek tanpa resep atau dengan resep dokter. Selain itu, sudah banyak sekali merek dagang yang memasarkan obat ini, sebut saja Panadol, Pamol, Oskadon, dll.

Iklan dari HonestDocs
Beli Paket Prenatal (Panel Awal Kehamilan) via HonestDocs!
Cek ada tidaknya resiko gangguan kesehatan pada ibu hamil dan dapatkan treatment yang tepat secepatnya. Diskon 30% jika beli via HonestDocs sekarang!

Pesan Sekarang
Paket prenatal %28panel awal kehamilan%29 di path lab %28home services%29
Meskipun dijual bebas, penggunaan obat ini tetap harus memperhatikan cara pakai, dosis, kontraindikasi dan efek sampingnya seperti dijelaskan di bawah ini.

Ikhtisar Obat Parasetamol
Jenis obat Analgetik (antinyeri) dan Antipiretik (penurun panas)
Kategori Obat bebas
Kegunaan Meredakan sakit kepala, sakit atau nyeri di seluruh bagian tubuh serta demam atau panas.
Konsumen Dewasa dan anak-anak
Kehamilan Kategori B
Sediaan Tablet, kaplet, kapsul, tablet larut (dilarutkan dalam air, kemudian diminum), suspensi oral (syrup), supositoria (dimasukkan melalui anus)
Merek Parasetamol, Panadol, Alphamol, Tylenol, Hufagesic, Dacadol, Betamol, Sanmol, Biogesic, Farmadol, Fasidol, Metamol, Nasamol, Nufadol, Omegrip, Ottopan, Paracetol, Tempra, Termorex
Mekanisme Kerja
Parasetamol bekerja langsung di pusat saraf dengan mempengaruhi ambang rasa sakit dengan menghambat enzim cyclooxsygenase, COX-1, COX-2 dan COX-3 yang terlibat dalam pembentukan prostaglandin, substansi yang bertindak mengatur rasa sakit dan diketahui juga sebagai regulator panas pada hipotalamus. Dengan berkurangnya produksi prostaglandin di otak maka efek rasa sakit dan demam dapat berkurang.

Indikasi Parasetamol
Parasetamol utamanya digunakan sebagai obat penurun panas (antipiretik) dan sebagai obat penghilang rasa sakit (analgesik) dari ringan hingga sedang. Kondisi seperti sakit kepala, sakit gigi, nyeri pasca operasi, nyeri akibat pilek, nyeri otot pasca-trauma dapat diredakan dengan Parasetamol. Selain itu, sakit kepala, migrain, dismenore dan nyeri sendi juga dapat diringankan dengan obat parasetamol ini. Pada pasien kanker juga bisa diberikan parasetamol untuk mengatasi nyeri ringan atau dapat diberikan dalam kombinasi dengan opioid (misalnya kodein).

Parasetamol telah dibandingkan dengan banyak analgesik lain dan dianggap kurang equipotent jika dibandingkan dengan aspirin (asam asetilsalisilat). Dengan demikian, secara umum, parasetamol kurang mujarab ketimbang salisilat dan agen antirematik lainnya jika digunakan sebagai obat anti-inflamasi dan antinyeri.

Kabar baiknya Parasetamol dapat digunakan pada anak-anak. Ini merupakan alternatif yang lebih disukai ketika aspirin (asam asetilsalisilat) merupakan kontraindikasi (misalnya karena riwayat ulkus atau infeksi virus pada anak)

Popular posts from this blog

hematologi